Monday, December 15, 2008

Terapi Hormon tidak Sembuhkan Alzheimer - Manusia dan Kanguru Mirip secara Genetis - Waspadai Salah Diagnosis Asma

Terapi Hormon tidak Sembuhkan Alzheimer

INSULIN, hormon yang sebelumnya diyakini dapat memperlambat penyakit alzheimer, ternyata tidak terbukti setelah diujicobakan pada manusia. Demikian hasil studi yang dipublikasikan pada Jurnal Neurologi.

Sebelumnya, dalam studi yang diujicobakan terhadap tikus, hormon itu berfungsi baik untuk mengatasi penyakit tersebut.

Dalam percobaan terhadap binatang pengerat itu, insulin tersebut dapat menurunkan jumlah plak pada otak. Plak yang bernama beta-amyloid itu dinyatakan sebagai penyebab utama dari gejala hilangnya ingatan dan gangguan perilaku pada penderita alzheimer.

Namun, terapi dengan obat tersebut terbukti tidak berhasil memperlambat gejala dari penyakit itu pada manusia.

"Studi ini menitikberatkan pada sistem hormon, tidak hanya pada pendekatan efektif untuk memperlambat penyakit alzheimer," ujar JJ Sevigny, peneliti Laboratorium Riset Merck di Pennsylvania, AS.

"Dan yang terpenting, hasil studi itu membantah teori yang sudah umum diketahui bahwa hormon tersebut akan menyerang plak beta-amyloid pada otak dan memperbaiki jaringan klinis pada tubuh untuk para penderita alzheimer," tambahnya

Sumber : Media Indonesia, 19 November 2008


Manusia dan Kanguru Mirip secara Genetis

KANGURU, binatang khas dari Australia, secara genetis serupa dengan manusia dan pertama kali berevolusi di China.

Para peneliti dari Pusat Penelitian Genetika Kanguru Australia menyatakan untuk pertama kalinya pihaknya menjabarkan kode genetika pada kanguru dan menemukan banyaknya persamaan gen itu dengan gen pada manusia.

"Memang ada beberapa perbedaan dalam jumlah gen, tapi kebanyakan dari mereka berada dalam urutan yang sama," ungkap Jenny Graves, direktur pusat penelitian tersebut.
Lebih lanjut, Graves mengungkapkan pada awal penelitiannya pihaknya mengira semuanya akan tercampur dan sulit, tetapi ternyata tidak. "Ada banyak potongan gen manusia yang berada tepat di dalam gen kanguru," kata Graves.

Menurut para peneliti, diperkirakan, manusia dan binatang berkantong itu memiliki nenek moyang yang sama pada 150 juta tahun lalu. Sementara itu, tikus dan manusia berpisah satu sama lain hanya 70 juta tahun lalu.

Mereka menegaskan kanguru pertama kali berevolusi di daratan China, tapi kemudian bermigrasi ke sepanjang Benua Amerika dan ke Australia serta Antartika.
"Kanguru adalah sumber informasi yang sangat besar mengenai seperti apa kita 150 juta tahun lalu," kata Graves.

Sumber : Media Indonesia, 20 November 2008


Waspadai Salah Diagnosis Asma

SEBUAH studi menyebutkan sepertiga dari kasus asma di Kanada ternyata merupakan hasil dari salah diagnosis dokter. Penelitian itu dilakukan setelah belakangan ini angka penderita asma di negara maju tersebut sangat tinggi.

Kesalahan diagnosis itu bisa berakibat fatal karena inhaler steroid yang digunakan untuk mengendalikan serangan asma bisa mengakibatkan katarak, glaukoma, dan osteoporosis. Bahkan obat itu berisiko kematian jika digunakan dengan tidak semestinya.

Penyakit asma biasanya muncul sebagai respons dari alergi, udara dingin, kelelahan, atau stres emosional.

Berdasarkan data statistik penduduk pada 2005, 8,3% dari warga Kanada berusia 12 tahun ke atas diidentifikasi menderita asma. Pada 2007 tercatat sebanyak 3,4 juta resep pengobatan asma diterbitkan dengan total pengeluaran senilai US$268 juta atau sekitar Rp3,2 triliun.

Menurut hasil penelitian tersebut, yang dipublikasikan pada Canadian Medical Association Journal (CMAJ), jutaan orang di seluruh dunia telah menghabiskan banyak uang dan tenaga untuk mengobati masalah pernapasan kronis itu.

Secara global, data terakhir menunjukkan sekitar 300 juta orang di dunia menderita asma dan diramalkan akan meningkat menjadi 400 juta kasus pada 2025.

Sumber : Media Indonesia, 21 November 2008