Thursday, June 3, 2010

Analisa Sidik Jari / Fingerprint Analysis

Mengetahui bakat anak sejak dini bisa membantu orangtua memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung potensinya. Melalui teknologi analisis sidik jari atau fingerprint analysis, orangtua bisa mendeteksi bakat anak sejak usia tiga bulan.

Analisa sidik jari merupakan metode pemindaian sidik jari untuk mengetahui gaya kerja otak yang paling dominan. Kerja otak sangat berkaitan dengan potensi atau bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak.

“Jangan salah, analisis sidik jari bukan ramalan, melainkan lawan dari ramalan karena bukan melihat ke masa depan, tapi justru melihat apa yang dibawa anak sejak lahir,” kata psikolog anak dari Universitas Kristen Maranatha, Efnie Indrianie, dalam acara ‘Sidik Jari Cerdas Frisian Flag’ di Balai Kartini, Jakarta, Kamis 27 Mei 2010.

Menurutnya, sidik jari terbentuk ketika janin berusia 13-24 minggu, bersamaan dengan pembentukan susunan syaraf otak. Sehingga hal ini bisa menjadi peta yang dibawa anak sejak lahir menggambarkan potensinya.

“Dan ingat, sidik jari bersifat permanen, tidak bisa berubah, unik, tidak akan pernah sama sekalipun satu jari dengan jari lainnya di tangan yang sama. Hebatnya lagi, analisis ini bersifat objektif tanpa dipengaruhi unsur kondisi fisik (sehat atau sakit) dan unsur psikologis (sedih, senang, stres). Betul-betul bersifat apa adanya,” ucap Efnie.

Pengenalan potensi bawaan ini diharapkan membantu orangtua menerapkan cara belajar paling efektif bagi si kecil dalam mewujudkan cita-citanya. Analisis sidik jari bukan pengganti psikotes, tapi bisa menjadi pelengkap.

“Psikotes hanya untuk melihat perkembangan kecerdasan seseorang, tapi dengan adanya finger print yang dilengkapi dengan psikotes, pemeriksaan soal kepribadian anak akan lebih lengkap dan komplit,” katanya.

Sumber : Email teman