Monday, November 17, 2008

Batu Penyerap Karbon Dioksida - Kawasan Hijau Kurangi Kesenjangan Kaya-Miskin - Gen untuk Multiple Sclerosis

Batu Penyerap Karbon Dioksida

TAHUKAN Anda bahwa peridotite, sejenis batu yang ditemukan di Oman, ternyata mampu menyerap karbon dioksida? Prosesnya adalah ketika karbon dioksida berinteraksi langsung dengan batu tersebut, gas akan berubah menjadi mineral murni seperti kalsit.

Ahli geologi Peter Kelemen dan ahli geokimia Juerg Matter menyatakan proses yang terjadi secara alami itu dapat diperbarui 1 juta kali untuk menumbuhkan mineral di bawah tanah yang dapat mengubah secara permanen lebih dari 30 triliun ton karbon dioksida yang dihasilkan aktivitas manusia setiap tahunnya. Hasil studi mereka itu dipublikasikan dalam The Proceedings of the Natural Academy of Sciences edisi 11 November 2008.

Peridotite adalah batu paling umum yang ditemukan di lapisan bumi atau di lapisan di bawahnya. Kadang jenis batu itu juga muncul di permukaan dan pada umumnya ditemukan di Oman, kawasan penghasil karbon dioksida dalam jumlah besar akibat proses pengolahan minyak

Sumber : Media Indonesia, 08 November 2008


Kawasan Hijau Kurangi Kesenjangan Kaya-Miskin

KESENJANGAN kualitas kesehatan antara warga miskin dan kaya ternyata dapat dipersempit dengan memperluas taman, hutan, serta ruang terbuka hijau. Demikian hasil studi yang dipimpin Richard Mitchell, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Glasgow, Skotlandia.

Dalam studi itu, Mitchell dan timnya membagi wilayah Inggris menjadi lima sektor berdasarkan luas kawasan hijau, kemudian membandingkan dengan tingkat kematian antara warga miskin dan kaya.

Alhasil, di wilayah yang mempunyai kawasan hijau paling luas, kesenjangan kualitas kesehatan antara orang miskin dan kaya lebih kecil ketimbang di daerah dengan kawasan hijau paling sedikit. Perbedaannya mencapai hampir 50%.
''Perbedaan kesenjangan kualitas kesehatan (antara warga miskin dan kaya di lima sektor itu) mengejutkan,'' ujar Mitchell.

Taman membantu warga mengatasi stres dan memungkinkan melakukan aktivitas fisik lebih banyak. Kedua hal itu dapat mengurangi risiko terserang penyakit jantung. ''Jadi, pesan kuncinya adalah ruang hijau dapat dijadikan cara lain oleh pemerintah untuk memerangi kesenjangan kesehatan antara warga miskin dan kaya,'' imbuhnya.

Sumber : Media Indonesia, 09 November 2008


Gen untuk Multiple Sclerosis

KIF1B, sel genetik terbaru yang ditemukan dalam sistem saraf, dinyatakan dapat menyerang sistem kekebalan tubuh. Namun, gen itu juga diketahui dapat melemahkan penyakit apa pun dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia, bahkan juga berguna untuk mencegah infeksi. Karena itulah gen tersebut dinyatakan sebagai harapan baru untuk menyembuhkan penyakit multiple sclerosis atau sklerosis multipleks.

Dalam kasus penyakit sklerosis multipleks, sistem kekebalan tubuh menyerang mylein, perisai lemak yang melindungi sistem saraf pusat. Hasilnya sinyal saraf menjadi terhambat dan terhalang, yang kemudian menyebabkan kesulitan bergerak, koordinasi, kelemahan otot, kekacauan berbicara, dan masalah penglihatan. Sejauh ini belum ditemukan obatnya.

Menurut para peneliti, penemuan itu masih dalam tahap percobaan, tapi gen tersebut dapat menjadi target untuk terapi obat karena, lanjutnya, gen itu mampu mengendalikan mekanisme untuk menghilangkan perisai yang melindungi sistem saraf yang menyebabkan sklerosis multipleks.

Sumber : Media Indonesia, 10 November 2008